Mata Kuliah : Komunikasi Organisasi
Nama : Jessica Putri Leona S
NIM : 11140110213
Fakultas : Ilmu Komunikasi
Jurusan : Public Relations
Kelas : C1
Dosen : Dra. Lidia Evelina, M.M
Universitas Multimedia Nusantara
BAB 1
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Masalah
Berbagai
teori motivasi hierarki Maslow, cenderung merujuk dan digunakan pada organisasi
profit, yaitu organisasi yang berhubungan dengan pekerjaan, karyawan, penyelia,
dan gaji. Tidak banyak tulisan-tulisan yang mengupas akan penerapan teori
motivasi pada organisasi non-profit yang tidak terkait oleh kewajiban, gaji,
dan atasan bawahan. Organisasi non-profit yang ingin didefinisikan di sini
adalah organisasi yang sifat keanggotaannya berupa kesukarelaan, tidak adanya
paksaan, kontrak kerja, atau gaji.
Hal-hal
tersebut kemudian menorehkan beberapa pertanyaan. Jika anggota dalam organisasi
profit termotivasi karena adanya pemenuhan kebutuhan yang mereka peroleh secara
nyata melalui bergabungnya mereka dalam organisasi tersebut, lalu hal-hal
apakah yang membuat bermacam-macam individu dari berbagai kalangan dan berbagai
jenis pekerjaan mau untuk bergabung dalam sebuah organisasi non profit yang
juga non profit, hingga mereka rela mengorbankan waktu, tenaga, dan pikiran ke
dalam organisasi tersebut, dan terlibat secara aktif dalam organisasi tersebut.
Seperti
yang terjadi dalam sebuah organisasi pengabdian masyarakat “Lions Club
International” dan “Leo Club International”. Kedua organisasi tersebut adalah
organisasi non-profit yang anggotanya berasal dari berbagai kalangan dan
berbagai latar belakang pekerjaan. Leo Club adalah organisasi pemuda yang
merupakan salah satu program dari Lions club, yang anggota nya terdiri dari
siswa SMP hingga perguruan tinggi, atau pemuda yang belum berumur 28 tahun.
Sementara Lions Club adalah organisasi pengabdian masyarakat yang anggotanya
terdiri dari pengusaha, dokter, dosen, guru, dan berbagai profesi lain yang
berusia di atas 28 tahun, di mana mereka sendiri telah memiliki kesibukannya
masing-masing, tetapi masih berkontribusi aktif dalam kegiatan organisasi
non-profit tersebut.
Untuk
itulah, penulis mengangkat tema “Teori Motivasi dan Penerapannya dalam
Organisasi Non-Profit” sehingga kita dapat melihat keefektifan penerapan dari
teori motivasi dalam organisasi non-profit, serta membedah lebih jauh tentang
hal-hal yang memotivasi para anggota organisasi non profit untuk tetap bertahan
dan bergabung dalam organisasi tersebut.
1.2 Identifikasi Masalah
1.2.1.
Penerapan
teori motivasi yang cenderung hanya ke organisasi profit
1.2.2.
Perbedaan
aspek motivasi dalam organisasi profit dan non-profit
1.3 Rumusan Masalah
Rumusan masalah yang terdapat dalam karya tulis ini
antara lain:
1.3.1. Apa yang memotivasi para anggota organisasi
non-profit?
1.3.2. Apakah teori motivasi hierarki Maslow
yang diterapkan dalam organisasi profit, dapat pula secara efektif diterapkan
pada organisasi non-profit?
1.4 Tujuan Penelitian
Secara umum
tujuan penulisan karya tulis ini adalah:
1.
Mencari
aspek yang memotivasi anggota organisasi non-profit
Karya tulis ini bertujuan untuk mencari tahu aspek-aspek yang menjadi
motivasi bagi para anggota organisasi non-profit untuk bergabung di dalamnya
dan ikut berpartisipasi aktif.
2.
Membuktikan
penerapan teori motivasi hierarki Maslow dalam organisasi non-profit
Diharapkan dengan karya tulis ini dapat membuktikan apakan teori motivasi hierarki
Maslow dapat secara efektif diterapkan dalam sebuah organisasi non-profit
layaknya hal tersebut diterapkan dalam organisasi profit.
1.5 Manfaat Penelitian
Dari karya tulis tentang “Teori Motivasi dan Penerapannya dalam Organisasi Non-Profit” ini diharapkan dapat menambah wawasan bagi
khalayak luas maupun kalangan tertentu, terhadap kesadaran masyarakat akan aspek-aspek yang memotivasi individu
dalam sebuah organisasi non-profit. Hasil penelitian ini diharapkan
dapat menjadi acuan terhadap penelitian sejenis yang lebih mendalam, serta
menjadi sarana pengembangan ilmu sosial.
BAB 2
LANDASAN TEORI
2.1
Teori
Umum
Komunikasi
organisasi lebih dari sekedar apa yang dilakukan orang-orang. Komunikasi
organisasi adalah suatu disiplin studi yang dapat mengambil sejumlah arah yang
sah dan bermanfaat.(Pace: 2001)
Komunikasi
organisasi dalam definisi objektif menekankan pada kegiatan penanganan pesan
yang terkandung dalam suatu “batas organisasional”. Sementara komunikasi
organisasi dalam definisi subjektif adalah proses penciptaan makna atas
interaksi yang merupakan organisasi. Proses komunikasi tersebut tidak
mencerminkan organisasi, ialah organisasi, sehingga dapat disimpulkan bahwa
komunikasi organisasi adalah “perilaku pengorganisasian” yang terjadi dan
bagaimana mereka yang terlibat dalam proses itu bertransaksi dan member makna
atas apa yang sedang terjadi. (Pace: 2001)
Atas
dasar definisi di atas, organisasi yang dibahas pada makalah ini yaitu Lions
Club International dan Leo Club International yang merupakan organisasi
non-profit mengarah kepada suatu komunikasi organisasi yang bersifat subjektif.
Di mana yang terjadi dalam organisasi tersebut bukanlah penafsiran pesan di
antara unit-unit komunikasi yang merupakan bagian dari organisasi, melainkan
penciptaan makna atas interaksi yang terjadi dalam proses komunikasi diantara
anggota-anggota organisasi tersebut.
2.2
Teori Khusus
Menurut
Maslow, kebutuhan kita terdiri dari lima ketegori: fisiologis, keselamatan atau
keamanan, rasa memiliki atau sosial, penghargaan, dan aktualisasi diri.
Kebutuhan ini, menurut Maslow, berkembang dalam suatu urutan hierarkis, dengan
kebutuhan fisiologis merupakan kebutuhan yang paling kuat hingga terpuaskan.
(Pace: 2001)
Man is a hierarchy of needs, with the
biological needs at the base of hierarchy, and the spiritual needs at the top. (Maslow: 1993)
Menurut
Maslow, ada dua kategori kebutuhan dalam hierarki tersebut yaitu deficiency
needs dan meta needs. Kedua sifat dari dua kebutuhan tersebut tercermin dalam
tulisan Maslow pada The Farther Reaches
of Human Nature, yaitu the hierarchy
of basic needs is prepotent to the metaneeds. Yang berarti bahwa deficiency
needs atau basic needs lebih kuat atau lebih menuntut untuk dipenuhi daripada
metaneeds. (Maslow: 1993)
Digambarkan
Maslow bahwa basic needs adalah empat kategori terbawah dari hierarki kebutuhan
Maslow, sementara Metaneeds adalah kategori teratas dari hierarki kebutuhan
Maslow yaitu self-actualization. Di mana metaneeds hanya akan dapat terpenuhi
ketika semua basic needs sudah terpenuhi, metaneeds menyangkut kebutuhan akan
pengetahuan, kecantikan, kekayaan, kebaikan (benevolence), meaningfulness
(values), dan lain-lain.
Konsep
prepotency mengasumsikan juga bahwa suatu kebutuhan yang terpenuhi bukan lagi
merupakan suatu pendorong (motivasi). Hanya kebutuhan yang tidak terpenuhi yang
mendorong orang untuk bertindak dan mengarahkan perilaku mereka kepada suatu
tujuan. (Pace: 2001)
Sehingga
dapat disimpulkan bahwa yang menjadi motivasi bagi anggota organisasi profit
menurut Maslow adalah kebutuhan yang belum terpenuhi tersebut. Sehingga mereka
bekerja di dalam organisasi tersebut dengan tujuan memenuhi basic needs mereka.
2.3
Hipotesis
Teori
Hierarki Maslow memiliki penerapan yang berbeda pada organisasi non profit
dibandingkan dengan sebuah organisasi profit.
2.4 Skema
BAB 3
METODOLOGI PENELITIAN
3.1
Jenis Penelitian
Penelitian ini berbentuk kualitatif .Penulis meneliti
tentang penerapan teori
motivasi hierarki Maslow dalam organisasi non profit dari berbagai
studi pustaka dan
wawancara.
3.2
Populasi dan Sampel
3.2.1 Populasi
Penulis memilih orang
yang menjadi anggota dalam organisasi non profit Lions Club International dan
Leo Clubs International yang ada di Jakarta.
3.2.2 Sampel
Sampel yang penulis ambil adalah tiga orang anggota Lions club dan Leo
Club dengan latar belakang pekerjaan, jenis kelamin, latar belakang pendidikan,
dan umur yang berbeda. Lions club dan Leo Club adalah organisasi pengabdian
masyarakat yang bersifat non profit, yang memiliki stuktur organisasi yang
jelas dan dilengkapi dengan seperangkat birokrasi seperti AD/ART (Anggaran
Dasar dan Anggaran Rumah Tangga). Dalam organisasi ini, terdapat berbagai
pembagian kekuasaan atau wilayah. Karena organisasi ini bersifat internasional,
maka organisasi ini terdapat hampir di seluruh dunia. Indonesia sendiri
merupakan multiple district dengan kode 307 dan dipimpin oleh seorang presiden
multi distrik yang terbagi atas 4 distrik yang dikepalai oleh seorang presiden
distrik atau district governor. Setiap distrik terdiri atas beberapa kumpulan
klub yang masing-masing klub nya dikepalai oleh seorang president klub dan
semua presiden dilengkapi oleh keanggotaan dan struktur organisasi yang jelas.
3.3
Metode dan Alat Pengumpulan Data
Metode yang
digunakan adalah:
3.3.1
Metode Pengumpulan Data
3.3.1.1 Metode
Studi Pustaka
Makalah yang penulis buat bersumber
dari internet serta dari berbagai sumber buku yang telah penulis baca.
3.3.1.2 Metode
Wawancara
Makalah ini juga disusun berdasarkan
hasil wawancara yang telah dilakukan penulis terhadap tiga koresponden yang
berbeda..
3.3.2
Metode Analisis Data
Data yang kami peroleh untuk analisis sebagai landasan
teori dalam menganalisis dan membahas masalah lebih dalam diperoleh dari buku-buku yang berkaitan dengan tema.
BAB 4
PEMBAHASAN
44.1 Penyajian data
4.1.1 Hasil
Wawancara
4.1.1.1
Responden 1
Bisma Adi Putra adalah seorang
mahasiswa Trisakti School of Management jurusan Akuntansi. Ia berusia 21 tahun.
Ia bergabung di Leo Clubs Multi District 307 Indonesia dan sekarang
berkedudukan sebagai President Distrik 307 B1.
Dari hasil wawancara yang dilakukan
secara tatap muka setelah bakti sosial
membantu proses evakuasi korban banjir di Pluit, responden 1 mengatakan
bahwa motivasi awalnya ikut dalam organisasi sosial ini hanyalah keinginan
sederhana dari ia dan beberapa temannya untuk dapat mengadakan bakti sosial ke
panti asuhan yang ada di Jakarta dan sekitarnya, kemudian ia ditawarkan oleh
adik dari ibunya yang adalah anggota dari Lions Club.
Ketika dirinya telah berkecimpung
dalam dunia Leo Club dan ikut dalam berbagai kegiatannya, motivasinya
berkembang. Ia tak hanya ingin mengunjungi beberapa panti asuhan, tetapi ia
ingin lebih banyak membuat kebahagiaan bagi orang lain. Ia juga termotivasi
untuk belajar menjadi pemimpin yang baik melalui Leo Club ini. Hal tersebutlah
yang membuatnya bertahan hingga saat ini di Leo Club.
4.1.1.2
Responden 2
Marta Jovita Tanawi adalah mahasiswa
Sahid tourism school jurusan perhotelan
yang berusia 20 tahun. Ia adalah salah satu member dari Leo Club Jakarta
Jayakarta Benevole distrik 307 A1 yang tidak menjabat baik dalam klub maupun
dalam distrik dan multidistrik.
Menurut hasil wawancara, responden 2
awalnya tertarik untuk bergabung dalam leo club ini dengan motivasi bahwa ia
dapat menambah networking,
pengalaman, dan dorongan moral untuk berpartisipasi aktif dalam kegiatan-kegiatan
sosial yang dapat membantu orang-orang yang membutuhkan. Dan responden 2
merasa, dengan keterlibatannya di dalam Leo Club ini, semua motivasi awalnya
tercapai, bahkan diakuinya bahwa sejak bergabung dengan Leo Club ini, responden
2 merasakan ‘keajaiban-keajaiban’ yang menurutnya menambah kebahagiaan dalam
hidupnya. Melalui organisasi ini, ia dapat bertemu dengan banyak orang baik
lainnya yang peduli terhadap sesama dan mau membantu orang lain tanpa pamrih.
Walaupun di sisi lain ada hal-hal yang
memberatkannya dengan bergabungnya ia dalam organisasi sosial ini, seperti
waktu senggang yang terpakai, hingga kegiatan yang mengharuskan responden 2
untuk pulang lebih malam dari jadwal biasanya, tetapi hal tersebut tidak
mengurangi komitmennya dalam Leo Club ini, karena setelah bergabung dengan Leo
Club ia menemukan motivasi terkuat dalam dirinya yang membuat ia tetap bertahan
di Leo Club ini, yaitu kepuasan dalam membantu orang lain.
Meskipun Leo Club ini adalah
organisasi yang memungkinkan setiap anggotanya melatih leadership skill mereka,
responden 2 mengatakan bahwa dirinya pribadi tidak tertarik dengan
kedudukan-kedudukan tersebut, ia hanya ingin membantu orang apapun posisinya.
4.1.1.3
Responden 3
Hans Marloanto
adalah seorang pemilik dari sebuah Event Organizer dan Management yang ada di
Jakarta. Ia berumur 33 tahun. Ia merupakan anggota (member) dari Lions Club
Batavia Prima New Century distrik 307 B1.
Awalnya ia
bergabung dengan Lions Club karena melihat acara pengobatan massal yang
dilakukan oleh Lions Club pada tahun 2008, kemudian ia diundang untuk mengikuti
beberapa Regular Meeting yang diadakakan oleh Lions club Batavia tersebut,
hingga akhirnya ia tertarik untuk mengambil bagian dalam club tersebut.
Ia tertarik
karena kebersamaan dan kegiatan yang diadakan oleh Lions Club Batavia tersebut,
selain itu karena menurutnya organisasi non profit ini memiliki sistem dan
protokoler yang baikm dan terdapat banyak kesempatan utnuk bertemu orang-orang
penting sehingga responden 3 dapat belajar lebih banyak dari
pengalaman-pengalaman orang-orang penting tersebut. Selain itu, ia ingin
membantu banyak orang yang membutuhkan bantuan.
Bergabung
dengan Lions Club juga memberikan ia rasa sebagai bagian dari keluarga.
Responden 3 juga mengatakan bahwa, bergabung dengan Lions Club walaupun mengorbankan
waktu di tengah-tengah kesibukannya, selain membawakan kebahagiaan bagi orang
lain, juga membawa kebahagiaan bagi dirinya sendiri, karena dengan ia bergabung
dengan organisasi ini, ia dapat mengembangkan dirinya, memiliki kepuasan dalam
berbagi terhadap sesama, dan belajar dari orang-orang penting yang tergabung
dalam Lions Club tersebut.
4.1.2 Hasil Observasi
Dari hasil observasi yang penulis
lakukan, ketiga responden ini adalah anggota-anggota aktif dalam Leo Club dan
Lions Club. Ketiganya memiliki perbedaan latar belakang namun kemiripan hal
yang memotivasi diri mereka. Mereka tidak berada dalam satu club yang sama,
melainkan tugas club yang berbeda dengan budaya yang berbeda pula. Mereka
bertiga juga memiliki karakter pribadi yang berbeda. Responden 1 adalah orang
dengan tipe koleris-melankolis. Responden 2 adalah orang dengan tipe plegmatis
dan introvert. Sementara responden 3 adalah seorang pria extrovert – sanguinis.
Leo club dan Lions club sendiri
bersifat murni sukarela, tidak ada peraturan yang mengatur masuk atau keluarnya
seorang individu sebagai anggota, tidak adanya peraturan atau ganjaran yang
mengharuskan setiap anggota untuk berpartisipasi dalam suatu kegiatan sosial.
Mulai dari sifat keanggotaan sampai kesediaan untuk berpartisipasi dalam sebuah
acara atau bakti sosial yang diadakan, semuanya bersifat sukarela.
44.2 Teknik
Validasi Data
Data yang kami peroleh untuk analisis sebagai landasan
teori dalam menganalisis dan membahas masalah lebih dalam diperoleh dari
buku-buku yang berkaitan
dengan tema.
44.3 Analisis
Data
Dari hasil wawancara
dengan 3 responden dapat kita simpulkan bahwa ketiganya memililki motivasi awal
untuk beramal, membantu orang lain, dan terlibat dalam bakti sosial dalam
mengikuti Lions club dan Leo club ini. Namun kemudian ketiganya memiliki
pengembangan yang berbeda, ketika sudah terlibat dalam organisasi pengabdian
masyarakat tersebut, mereka merasakan mereka mendapat sesuatu yang ‘lain’ dari
organisasi tersebut. Mulai dari pengalaman, rasa kekeluargaan, kepemimpinan,
hingga kebahagiaan itu sendiri.
Sementara menurut teori
Maslow, hal-hal yang mendorong orang lain untuk bekerja atau terlibat dalam
suatu organisasi formal adalah pemenuhan kebutuhannya. Seorang individu akan
terus berusaha untuk emmenuhi kebutuhannya yang belum terpenuhi, sehingga ia
akan terus bekerja selama ia memiliki persepsi bahwa pekerjaan itu atau dengan
bekerja, akan memenuhi kebutuhannya tersebut. Dalam hal ini mereka terdorong
untuk memenuhi kebutuhan dasar mereka terlebih dahulu (basic needs)
Sementara di sisi lain,
bergabung dengan sebuah organisasi non-profit tidak dapat memeniuhi basic needs
dari individu, karena bekerja dalam sebuah organisasi non-profit, semua
bersifat sukarela dan tanpa bayaran. Namun, dengan bekerja atau bergabung dalam
sebuah organisasi non profit, mereka memenuhi metaneeds mereka, yaitu kebutuhan
akan pengembangan diri, seperti yang dikatakan oleh responden satu dan tiga di
mana mereka merasa dengan bergabung, mereka dapat mengoptimalisasikan kemampuan
mereka, serta memperoleh kemampuan-kemampuan lain seperti memimpin, seperti
yang dikatakan oleh responden satu.
Selain pengembangan diri,
seperti yang didefinisikan Maslow sebagai metaneeds, di antaranya adalah meaningfulness dan goodness. Melalui organisasi non-profit ini, mereka dapat
menyalurkan keinginan mereka untuk berbuat baik, menolong sesama, sehingga
dalam hidup mereka, terpenuhi lah kebutuhan untuk merasakan diri sebagai
individu yang bermoral dan baik, serta memperoleh hidup yang lebih berarti dan
bahagia, seperti yang dikatakan oleh responden dua.
Sehingga dapat disimpulkan
bahwa ada sedikit perbedaan dari penerapan teori Maslow tersebut di antara
organisasi profit dan non-profit. Di mana organisasi profit dapat menerapkan
motivasi Maslow dari segi pemenuhan basic needs, sementara pada organisasi
non-profit seperti organisasi sosial, dapat menerapkan motivasi Maslow untuk
memotivasi anggotanya pada pemenuhan metaneeds. Namun pada dasarnya, teori
motivasi Maslow yang menyatakan bahwa setiap individu termotivasi atas dasar
pemenuhan kebutuhan dirinya yang masih belum terpenuhi, dapat diterapkan di
kedua organisasi tersebut, hanya berbeda jenis kebutuhan.
Bab 5
Penutup
55.1 Kesimpulan
Menurut hasil wawancara dan observasi, dapat kita simpulkan
bahwa yang memotivasi seorang individu untuk ikut berperan dalam sebuah
organisasi non-profit seperti organisasi sosial adalah kebutuhan akan pemenuhan
metaneeds mereka. Kebutuhan ini lebih berupa aktualisasi diri, di mana hal
tersebut berarti setiap individu perlu merasa bahwa diri mereka adalah pribadi
yang baik, pribadi yang luhur, dan kebutuhan akan pengembangan diri mereka. Walaupun
untuk memenuhi hal tersebut mereka harus mengorbankan sesuatu dari diri mereka,
seperti uang, tenaga atau waktu, dan kenyataan bahwa ikut berpartisipasi dalam
organisasi non-profit tidak memberikan individu tersebut keuntungan materi, hal
itu tidak lalu menjadi halangan bagi setiap individu yang ingin mencapai suatu
tahap aktualisasi diri. Hal ini juga membuktikan bahwa manusia bukan saja sebagai
homo economicus tapi juga homo socius, di mana terkadang manusia
tidak selalu mengutamakan materi, tapi juga ketenangan dan kebahagiaan batin
yang diperoleh dengan berinteraksi dan menolong sesama.
Teori Maslow dapat diterapkan secara efektif pula pada
organisasi non-profit ini seperti layaknya diterapkan pada organisasi profit,
namun dengan jenis kebutuhan yang berbeda.
55.2 Saran
Jika Anda adalah salah satu pelaku dalam organisasi non-profit
dan ingin memotivasi anggota lain, Anda harus mengenal kebutuhan anggota
tersebut, sampai batas manakah ia berada, hingga Anda tahu apa yang harus Anda
lakukan agar dapat memotivasi individu tersebut.
55.3 Implikasi / Penerapan
Hasil penelitian ini dapat digunakan oleh siapa saja dan
di mana saja, karena penelitian ini bersifat umum dan merupakan penelitian dari
fenomena yang terjadi sehari-hari.
BAB 6
DAFTAR PUSTAKA
Maslow,
Abraham H. 1993. The Farther Reaches of
Human Nature. New York: Arkana.
Pace, R. Wayne,
Don F. Faules. 2001. Komunikasi
Organisasi. Bandung : PT Remaja
Rosdakarya.
0 comments:
Posting Komentar